Selasa, Juli 24, 2007

Mujahadah!

Saya pernah mendapat cerita dari kakak kelas SMA. Ceritanya tentang seseorang dari desa terpencil di luar kota Surakarta (Solo), tepatnya di Kabupaten Sragen, yang jaraknya ada puluhan kilometer. Cerita ini tentang bagaimana ia mendapatkan sesuatu yang dianggapnya penting.

Orang yang diceritakan ini sangatlah sederhana. Biasalah, orang desa terpencil. Fasilitas angkutan yang ia punyai hanyalah sepeda miliknya. Untuk naik angkutan umum, sepertinya sangat susah baginya. Terbukti ketika ia mendapat informasi untuk mendapatkan ilmu Al-Quran dan Al-Hadits, dan kebetulan tempatnya ada di kota Solo, ia tempuh perjalanan jauh dari rumahnya ke tempat pengajian yang dimaksud dengan hanya bersepeda. Beberapa jam sebelum acara pengajian dimulai, ia telah berangkat dari rumah. Ia susuri jalan dengan bersepeda, kecuali ketika ia harus melintasi sungai tanpa jembatan, ia angkat sepedanya tinggi-tinggi dan dibiarkannya badannya basah. Jangan bayangkan ini usaha mudah, karena kepalanya pernah terluka dan berdarah ketika arus sungai terlampau deras. Jangan bayangkan pula ia mempunyai tenaga yang sangat berlebih karena bekal makan-minum yang memadai, karena bekal makannya pun hanya singkong yang dibawanya.

Saudara, dalam keadaan demikian itu, ia tak pernah mengeluh. Bahkan teman-teman sepengajiannya pun tidak ada yang tahu kondisinya ini. Sampai suatu saat, ia tidak hadir dalam pengajian, padahal ia sebelumnya tidak pernah absen untuk hadir. Pada saat itulah, teman-temannya baru tahu kondisinya itu ketika mereka mencari rumahnya di pelosok Sragen dan mendapati teman mereka tidak dapat hadir gara-gara sepedanya rusak.

Sejak itu, para ustadz pengajarnya "melarang" ia untuk hadir lagi karena kehadirannya menuntut ia harus bersusah payah menempuh perjalanan jauh dan memayahkan. Sebagai gantinya, dikirimlah ustadz pengajar ke desanya untuk mengajarnya dan mengajar orang-orang lain yang dapat diajaknya. Dan akhirnya, desa itu jadi "terbuka" terhadap syariat dengan ditegakkannya majlis ta'lim yang asalnya dari satu orang yang mau bersusah payah.

Subhaanallaah. Inilah buah mujahadah! Mujahadah dalam bahasa mudah kita adalah kesungguh-sungguhan. Kita patut meniru kesungguh-sungguhan satu orang ini dalam beramal shalih, terutama dalam mencari ilmu. Ditambah dengan mujahadahnya ini, diturunkannya pula hidayah Allah atas orang-orang lain di desanya.

Coba kita lihat diri-diri kita. Dengan tubuh yang sehat, keuangan yang cukup, dan fasilitas kendaraan yang memadai, apalagi dengan kedekatan terhadap tempat-tempat pencarian ilmu, ternyata banyak dari kita yang masih enggan mencurahkan upaya sungguh-sungguh dalam belajar Al-Quran dan Al-Hadits. Dengan alasan yang banyak (atau dibanyak-banyakkan?), kita seringkali memberikan pembelaan diri yang tidak pada tempatnya. Seolah-olah, kita mempunyai masalah yang sangat berat dan kondisi yang sangat tidak memungkinkan, di mana tidak ada orang lain yang mempunyai masalah dan kondisi yang lebih parah daripada kita. Padahal bisa jadi ada banyak orang lain yang keadaannya lebih buruk daripada kita, tetapi mereka tetap bisa beramal. Kenapa? Karena mereka mau bermujahadah!

Bagaimana dengan kita?

1 komentar:

Kang_Abuy mengatakan...

Barang siapa yang berjihad Alloh akan membuka jalan petunjuk baginya