Jumat, Oktober 28, 2016

Beramal dengan Benar dengan Bahasa

Beberapa waktu yang lalu dalam grup WA koperasi syariah masjid saya, ada beberapa kerancuan
yang muncul dalam hal ucapan "doa" untuk kesembuhan anggota keluarga dari anggota koperasi.
Masalahnya sih sederhana, yaitu dari penggunaan kata ganti (dhamir) yang terdapat dapat
ucapan "syafakallah", "syafakillah", "syafahullah", dan "syafahallah" (Ini tidak saya tulis
dengan hukum mad-nya ya).

Sebenarnya sih, ucapan-ucapan di atas tidak dapat kita temui secara tegas dalam hadits-
hadits Nabi ya. Dalam hadits, yang ada malah lafaz doa yang tegas. Ucapan-ucapan ini dalam
pandangan saya, ya boleh saja, karena ini adalah ucapan yang secara wajar akan muncul dalam
berbahasa Arab pergaulan sebagai harapan baik kita. Tentu harapan baik ini secara tidak
langsung adalah doa. Saya ambil contoh jika ada saudara kita akan bepergian ke luar kota,
kemudian kita berkata kepadanya: "Hati-hati di jalan ya. Mudah-mudahan Allah memberikan
kelancaran dan keselamatan selama kamu bepergian".

Yang jadi masalah adalah orang-orang menggunakan ucapan-ucapan ini secara salah, misalnya
kepada dia (laki-laki), diucapkan "syafakillah". Ya ini jelas salah. Mestinya "syafahullah".
Oleh karena itu, dalam grup yang saya sebut di atas, saya terangkan hal ihwalnya tentang
penggunaan ucapan-ucapan itu yang benar.

Nah, dari kejadian ini nampak bahwa amal yang diniatkan dengan baik, bisa keliru karena
salah ucap. Kelihatannya sederhana, tetapi bagi orang biasa yang tahu bahasa Arab, tentu
jadi terdengar aneh. Mudah-mudahan saja dimaafkan oleh Allah.

Paparan saya ini bukan mempermasalahkan penilaian atau maaf yang diberika Allah ya, tetapi
untuk mengajak supaya beramal yang sekalian benar dari segala aspeknya, termasuk dari segi
bahasanya. Mudah-mudahan Allah memudahkan upaya kita untuk ini.

Aamiin.

Ditulis untuk materi kuliah via WA grup Alumni Al-Ikhlash, Kubang Selatan, Coblong, Bandung.

Jumat, Oktober 14, 2016

Ujian Hidup

Barusan sore tadi ada mahasiswa saya yang menghadap saya ke ruangan saya. Singkat kata, dia mau mengundurkan diri karena ada 2-3 mata kuliah pada semester ini yang dia tidak bisa pahami.

Saya heran karena sebenarnya mahasiswa ini sejak dia masuk, menunjukkan prestasi yang bagus. Nilainya kalau bukan A, ya B. Jadi saya pandang, dia ini punya potensi besar dalam memahami kuliah, bahkan jika dibandingkan teman-temannya yang lain. Tentu saya sekali jika potensinya "diputus" begitu saja dengan pengunduran dirinya.

Setelah saya mendengar kemauannya tersebut, saya katakan bahwa saya berkeberatan dengan pengunduran dirinya. Kemudian saya coba gali latar belakang atau sebab yang membuatnya menyatakan kemauan mengundurkan diri tersebut.

Dia bercerita bahwa pada awalnya dia mengalami kesulitan memahami beberapa mata kuliah tersebut. Dia sudah coba bertanya kepada teman-temannya yang paham, bahkan dosen-dosennya, tapi tetap saja tidak paham. Puncaknya pada saat UAS pada salah satu mata kuliah tersebut, dia tidak bisa jawab sama sekali. Lembar jawabannya sampai kosong. Sejak itulah dia down.

Saya tanyakan apakah ada kegiatan-kegiatan atau sesuatu yang lain di luar yang mengganggu belajarnya, dia katakan tidak ada. Tapi kemudian dia katakan bahwa dia merasa dengan kondisi yang dia alami di atas, nilai semester ini akan turun. Yang dia khawatirkan adalah nilai kumulatif nantinya akan turun. Selain itu juga harapan orang tuanya yang mungkin jadi tidak terpenuhi, karena nilai yang tidak sesuai ekspektasinya.

Setelah mendengar penuturannya, saya kemudian bercerita, kilas balik tentang perjalanan kuliah S1 saya. Saya ceritakan bahwa dulu nilai-nilai saya banyak C-nya. Bahkan ada kuliah-kuliah yang saya ulang sampai jadi hattrick, maksudnya diulang sampai 4 kali. Tapi saya sampaikan juga, bahwa mungkin dia dan saya berbeda. Saya katakan bahwa saya pernah beberapa kali gagal, sampai sekarang. Jadi kalau kemudian gagal lagi, ya seakan biasa saja. Sedangkan dia, mungkin selama ini selalu mendapatkan hasil yang bagus, yang sesuai keinginannya. Tapi begitu dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, langsung down. Oleh karena itu, saya sampaikan kepadanya bahwa itulah hidup, tidak semua yang dia inginkan akan dia dapatkan. Saya sampaikan bahwa mungkin ada hal lagi nantinya yang lebih parah daripada yang sekarang. Kalau dia down sekarang, bagaimana nanti?

Saudara-saudara,
Saya bukannya memberikan alasan kegagalan sehingga orang harus merasa biasa kalau gagal. Saya cuma perlu menyampaikan bahwa dalam hidup, ada saja kemungkinan di mana kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Pada sebagian kondisi/perkara, bisa saja kita sebut itu ujian. Kalau sudah begini, ingat bahwa tiap manusia pasti akan diuji. Saya ambil dari https://almanhaj.or.id/3450-setiap-muslim-akan-menghadapi-ujian-dan-cobaan.html:

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan [Âli ‘Imrân/3 : 186]

Catatan:
Sebagai bahan pemikiran juga, perlu dilihat juga bagaimana proses pendidikan anak oleh orang tua. Orang yang pada masa kecil atau remaja selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, tidak pernah merasakan kerasnya hidup atau kegagalan, bahkan mungkin semua hal dipenuhi atau dilayani orang tua, bisa mudah down ketika mengalami sekali kegagalan atau tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Dia mungkin akan membentuk anaknya dengan cara serupa. Dan akhirnya akan membentuk karakter anaknya serupa dengan karakter dirinya.

Sekedar selingan, saya kutip potongan puisi yang katanya dari Jendral McArthur berjudul "Doa Untuk Putraku" dari http://www.kompasiana.com/elynrambukaborang/doa-untuk-putraku-dari-jenderal-douglas-macarthur_55009537a333113072511514:
----
----
Ya Tuhan, bimbinglah ia bukan di jalan yang gampang dan mudah tetapi di jalan penuh desakan, tantangan dan kesukaran Ajarilah ia: agar ia sanggup berdiri tegak di tengah badai dan belajar mengasihi mereka yang tidak berhasil
---
---
Ditulis di Bandung untuk materi Kuliah via WA grup Alumni Al-Ikhlash, Kubang Selatan, Coblong, Bandung