Kamis, Februari 27, 2014

Golden Light

Beberapa waktu yang lalu anak saya yang paling kecil pergi ke tempat outbound bersama teman-temannya satu sekolah. Saat itu memang merupakan jadwal acara keluar dari sekolahnya, sebuah Taman Kanak-kanak, berombongan bersama para guru dan orang tua. Dan biasanya, di tempat acara-acara seperti itu ada tukang foto keliling yang memfoto para peserta, kemudian secara cepat mencetak foto-foto yang mereka ambil sehingga bisa dipajang di sekitar pintu keluar tempat acara sebelum para peserta pulang. Tujuannya tentu saja supaya dibeli oleh para peserta, terutama yang tidak membawa kamera sendiri, termasuk istri saya yang mendampingi anak kami tadi.

Pada malam hari sepulang kantor, istri saya menunjukkan foto hasil jepretan tukang foto keliling yang dibelinya di tempat acara outbond tadi. Tentu saja yang dibeli adalah foto-foto anak kami, beberapa lembar. Harganya cukup mahal juga, ya tidak apa-apa. Cukuplah untuk mengganti kerepotan kalau harus mencetak foto hasil jepretan kamera kami sendiri.

Ada satu lembar foto anak kami yang diambil secara close-up, dengan pose kepala dimiringkan dan senyum lebar yang manis sekali. Saya tertegun melihatnya cukup lama. Dalam hati saya berkata, "Aih..cantik sekali anakku ini." Kalau mengingat-ingat kembali pose anak kami ini pada foto-fotonya yang lain, saya pikir, anak kami ini photogenic juga. Kenapa? Ya karena pose-posenya begitu memperlihatkan kecantikan dirinya.

Terus apa hubungannya dengan Golden Light?

Saya mendengar istilah Golden Light pertama kali pada suatu tayangan teleivisi dahulu ketika ada komentator yang menanggapi foto-foto hasil jepretan seseorang yang dipujinya sebagai Golden Light. Artinya jepretannya sangat pas pada waktu di mana semua seginya bagus: momennya, sudutnya, pencahayaannya, posenya, dan sebagainya. Tentu ini luar biasa karena sebenarnya susah juga menemukan saat yang tepat untuk mengambil gambar. Ketika orang memfoto suatu peristiwa, mungkin dari sekian banyak foto yang dia buat, hanya sedikit yang bagus. Ya, tidak semua menjadi Golden Light.

Lalu apa hubungannya dengan foto anak saya?

Bagi saya, tentu anak-anak perempuan saya cantik-cantik semuanya. Kalau anak laki-laki saya, tentu saja ganteng (Seperti bapaknya? Oh tidak, tentu lebih ganteng daripada bapaknya!). Dan ada kalanya foto-foto mereka diambil pada saat yang tepat sehingga kecantikan atau kegantengan mereka begitu terlihat. Dan kalau sudah begini, orang tua (saya dan istri saya) yang melihatnya menjadi begitu tersentuh. Apa efeknya? Tentu jadi menggugah rasa sayang kami menjadi semakin besar, di tengah-tengah kejengkelan kami yang kadang muncul karena tingkah polah mereka sehari-hari.

Bukan berarti kalau tidak melihat foto anak-anak kami, rasa sayang kami tidak besar ya. Bukan begitu. Namun ini semacam pengingat atau semacam charging pada baterai kasih sayang di mana ada penguatan yang cukup berarti dengan saat seperti itu: memandangi foto-foto cantik dan gantengnya anak-anak.

Saya buka kembali foto-foto anak-anak kami yang dulu-dulu. Hmm..kalau disebut ada golden light, ya ada juga. Banyak, malah. Dan kalau sudah begitu, jadi teringat momen-momen yang kami lalui bersama yang direkam dalam foto-foto itu. Jadi teringat juga keceriaan mereka, tingkah polah mereka yang lucu, dan lain-lain hal yang terekam dalam foto. Ujung-ujungnya tentu perasaan sayang yang membuncah.

Anak-anakku...I love you full!