Jumat, Januari 20, 2017

MENAFSIRKAN TERJEMAH

Sekira tiga tahun yang lalu, ada pembicaraan hangat di grup WA alumni almamater saya. Topiknya adalah seputar tafsir Al-Quran. Pembicaraannya sangat sangat panjang, sekalipun tidak semua anggota grup adalah muslim. Tapi untungnya yang bukan muslim tidak banyak memberi komentar. Yang ramai ya silih balas komentar antar anggota yang muslim.

Yang menarik adalah, dalam pembicaraan panjang ini, ada anggota (dan justru dia ini yang jadi pelontar topiknya) yang berbicara panjang lebar tapi apa yang dia tulis tentang tafsir Al-Quran banyak yang berasal dari terjemah Al-Quran. Lebih khusus lagi bahkan kata-kata yang saya sebut terjemah Al-Quran itu dia dapat dari mesin penterjemah, semacam Google Translate. Nah di sinilah dia mendapat banyak tanggapan yang pada intinya tidak menyetujui cara dia berpikir dan bersikap.

Saudara-saudara...Kita punya kewajiban untuk belajar, memahami, dan mengamalkan Al-Quran. Dalam pandangan saya, sangatlah penting mempelajari Al-Quran dengan mengikuti jejak para shahabat Nabi Muhammad SAW dan generasi terdekat sesudahnya, yaitu mendatangi sumber ilmu secara langsung yaitu para ulama. Selain itu, sebagai pengayaan mengikuti tradisi keilmuan generasi tersebut, kita bisa mempelajari Al-Quran dari kitab-kitab tafsir Al-Quran yang telah ditulis oleh ulama terdahulu maupun ulama masa kemudian. Tentu dengan catatan bahwa pengajaran dari ulama atau penulisan kitab tafsir Al-Quran tersebut mengikuti metode penafsiran yang terbaik di mana ayat Al-Quran ditafsirkan dengan ayat Al-Quran, kemudian oleh hadits-hadits (shahih).

Nah, apa yang terjadi dalam perbincangan dalam grup WA alumni almamater saya perlu mendapat perhatian khusus di mana terjadi dasar berfikir seseorang tentang Al-Quran hanya semata-mata berasal dari terjemah Al-Quran. Bagi saya ini adalah sikap yang berbahaya karena terjemah Al-Quran mempunyai keterbatasan. Sebagai sebuah referensi cepat, tentu terjemah Al-Quran sangat membantu. Tetapi perlu dipahami bahwa terjemah Al-Quran tidak bisa dianggap sebagai tafsir lengkap Al-Quran. Kalau seseorang mau mempelajari Al-Quran dengan "lengkap", ya belajarlah dari para ulama, bacalah kitab-kitab tafsir Al-Quran sebanyak-banyaknya. 

Kalau cuma berdasarkan terjemah Al-Quran, jangan-jangan kita malah "menafsirkan" terjemah Al-Quran saja, bukan mendapatkan tafsir Al-Quran.


Ditulis di Bandung, 20 Januari 2017, jam 17:06 untuk materi Kuliah via WA grup Alumni Al-Ikhlash, Kubang Selatan, Coblong, Bandung

Diubah sedikit untuk diterbitkan dalam Blog pribadi ini

Tidak ada komentar: